nusakini.com - Bengkulu – Dua bulan pasca pencanangan kampanye imunisasi campak rubella fase 2 pada Agustus 2018, realisasi pencapaian imunisasi campak rubella (MR) di Provinsi Bengkulu baru mencapai 337.749 anak atau 73,46 persen dari target 514.204 anak. Meskipun cakupan Bengkulu relatif tinggi dibanding beberapa provinsi lain di luar Jawa, namun 95 persen cakupan mutlak dibutuhkan untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kolektif di masyarakat.

Pemerintah Provinsi Bengkulu melakukan sejumlah upaya untuk mengejar 95 persen cakupan sampai akhir Oktober 2018. Dinas Kesehatan pada Jumat, 5 Oktober 2018 mengadakan pertemuan sosialisasi imunisasi secara terpadu yang di hadiri oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan Provinsi Bengkulu untuk menyusun langkah-langkah strategis memastikan semua anak mendapatkan HAK nya untuk terlindung dari ancaman penyakit campak rubella yang sangat berbahaya.

Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni. Dalam sambutannya Herwan Antoni meminta dukungan dan kerjasama dari semua pihak untuk bersama-sama mendorong masyarakat untuk datang ke pos imunisasi MR di sekolah, puskesmas, posyandu dan fasilitas kesehatan lainnya.

“Masyarakat harus diberi pemahaman tentang betapa pentingnya imunisasi sebagai upaya pencegahan. Imunisasi adalah cara paling aman dan efektif untuk melindungi anak-anak dan masyarakat dari ancaman penyakit yang dapat mengancam jiwa,” tegas Herwan Antoni.

Dalam pertemuan ini, hadir juga Hapsoh Istia dari Kabupaten Rejang Lebong (Curub), orangtua dari Muhammad Al-Qassam atau biasa dipanggil Alqis, salah satu anak yang mengalami cacat bawaan akibat rubella atu congenital rubella syndrome (CRS).

Hapsoh menceritakan berbagai kesulitan yang dihadapi dalam merawat anak dengan CRS dan berharap tidak ada lagi anak yang lahir dengan kecacatan akibat rubella.

Hadir juga Kepala Sub Direktorat Imunisasi Kementerian Kesehatan Endah Sulistiana S, MARS, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Bimo Wijayanto, KH. Dr. Abdul Halim Sholeh, MM, Msc dari Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, serta Sekretaris Bidang Perencanaan dan Pengembangan Biofarma Iwan Setiawan.

Bimo Wijayanto dari Kantor Staf Presiden mengajak semua pihak untuk mendukung program ini, sebab jika program imunisasi tidak berhasil, dapat terjadi wabah yang akan memakan banyak korban dan juga membutuhkan pembiayaan yang sangat besar. Di tingkat nasional surat dukungan telah dikeluarkan oleh berbagai kementerian.

“Karena mudahnya penularan virus dan bahayanya dampak virus ini, maka pemerintah mewajibkan imunisasi MR ini agar kita bisa menciptakan kekebalan kelompok,” ujar Bimo. Kemendagri menjelaskan bahwa imunisasi termasuk dalam Standar Pelayanan Minimal yang wajib disediakan pemerintah daerah.

Tujuan imunisasi MR ini adalah meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap penyakit campak dan rubella secara cepat; memutuskan transmisi (penularan) virus campak dan rubella; menurunkan angka kesakitan akibat penyakit campak dan rubella; serta menurunkan angka kejadian sindrom rubella kongenital.

Kecacatan yang timbul ini bisa berupa penyakit jantung bawaan, kerusakan jaringan otak yang bisa menyebabkan kelumpuhan ataupun retardasi mental, katarak kongenital, dan gangguan pendengaran atau tuli.

Vaksin Aman dan Efektif

Vaksin MR yang digunakan terbukti aman dan efektif. Telah digunakan di lebih dari 140 negara di dunia, termasuk negara-negara Islam. Vaksin MR telah memenuhi standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan memiliki ijin edar badan POM. Imunisasi MR diberikan pada semua anak usia 9 bulan sampai kurang dari 15 tahun secara gratis untuk memastikan semua anak terlindungi.

Saat ini Indonesia sedang menghadapi kondisi waspada campak rubella.

Berdasarkan data yang dipublikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015, Indonesia termasuk 10 negara dengan jumlah kasus campak terbesar di dunia. Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah kasus Campak dan Rubella yang ada di Indonesia sangat banyak dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Adapun jumlah total kasus suspek Campak-Rubella yang dilaporkan antara tahun 2014 s.d Juli 2018 tercatat sebanyak 57.056 kasus (8.964 positif campak dan 5.737 positif rubella).

Gejala penyakit campak adalah demam tinggi, disertai batuk dan pilek, juga mata memerah. Selanjutnya diikuti dengan munculnya ruam kemerahan mulai dari leher dan wajah dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Gejala penyakit rubella hampir sama dengan campak, akan tetapi jauh lebih ringan. Apabila virus rubella ini menyerang ibu hamil, maka efeknya sangat berat. Si Ibu bisa mengalami keguguran atau melahirkan bayi dengan kondisi cacat.

“Keberhasilan imunisasi MR sangat penting, jika kita tidak ingin terjadi wabah karena penularan campak dan rubella sangat mudah yaitu melalui udara,” tegas Herwan Antoni.

Dukungan terhadap kampanye imunisasi MR juga diberikan penuh oleh Majelis Ulama Indonesia. Turut hadir pula perwakilan dari MUI seluruh kab/kota di Bengkulu. “Imunisasi memiliki manfaat yang sangat besar dan bisa menyelamatkan jiwa. MUI memiliki kewajiban untuk membantu semua program yang memiliki tujuan mulia, apalagi imunisasi adalah salah satu kunci kesehatan masyarakat. MUI telah mengeluarkan Fatwa No.33 Tahun 2018 yang menyebutkan bahwa penggunaan vaksin MR untuk saat ini boleh (mubah),” ungkap KH. Dr. Abdul Halim Sholeh.

Abdul Halim Sholeh juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kondisi darurat ada dua, yaitu darurat saat ini dan darurat yang terjadi di masa yang akan datang berdasarkan prediksi dari para ahli yang kompeten, misalnya kita akan memanen musibah besar apabila tindakan tidak dilakukan sekarang.

“Program imunisasi MR ini sangat baik dan sangat penting di laksanakan agar tidak ada lagi keluarga yg anak nya CRS seperti anak kami,” pesan Hapsoh.

Pemerintah pusat telah mengeluarkan surat edaran terkait perpanjangan waktu kampenye imunisasi MR sampai dengan 31 Oktober 2018. Seyogyanya, imunisasi MR tahap kedua di seluruh wilayah diluar pulau Jawa berlangsung dari 1 Agustus hingga 30 September 2018. Secara nasional, cakupan imunisasi masih jauh dari target 95 persen, yaitu di angka 50.09 persen, atau sekitar 16 juta anak dari 31.9 juta anak yang ditargetkan. (p/al)